DATA FILM
Judul Film : Kita Tak
Bisa ke Mana-Mana Lagi
Jenis Film : Film
pendek
Durasi : 21 menit 18 detik
Rumah Produksi : Rentjana
Tahun Produksi : 2021
Produser : Andi Budrah Sadam Ramadhan & Hannan
Cinthya
Penulis & Sutradara : Fazrie Permana
Tautan Film : https://www.youtube.com/watch?v=Nv5CxfRo2IM
PENDAHULUAN
Dalam medium film, cerita tidak
berhenti pada bentuk tulisan naratif. Sutradara dan para kru lain harus mengonkretkannya
dengan cara yang tepat, dalam bentuk audio dan visual, yang dapat mendukung
penyampaian naratif. Dengan demikian, menurut Bordwell dan Thompson dalam buku Film Art: An Introduction, konsep
naratif (bentuk) serta konsep visual dan audio (gaya) harus memiliki korelasi
yang kuat. Prinsip ini berlaku untuk semua film naratif, termasuk film pendek
yang berjudul Kita Tak Bisa ke Mana-Mana
Lagi (selanjutnya hanya ditulis KTBKMML).
RINGKASAN CERITA
Nino (Rolando Octavio) dan Gigi (Sheila
Dara Aisha) adalah sepasang mantan kekasih, masing-masing kini sudah memiliki
tunangan. Pada suatu hari, mereka melakukan perjalanan dalam sebuah mobil,
menuju rumah teman Gigi untuk suatu urusan. Selama perjalanan, mereka
bercakap-cakap tentang masa lalu semasa mereka berpacaran, dan tentang rencana
pernikahan masing-masing. Diam-diam, Nino sengaja mengulur waktu perjalanan
mereka, dengan mengemudikan mobil melewati jalur yang lebih jauh. Menyadari
terulurnya waktu, Gigi marah sehingga mereka bertengkar, sembari
mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu, kesalahan yang tidak mereka perbaiki
hingga sekarang. Beberapa saat kemudian, setelah urusan Gigi di rumah temannya
selesai, Nino mengakui motif di balik tindakannya mengulur waktu perjalanan.
Nino ingin menikmati momennya hari ini bersama Gigi lebih lama, sebab setelah
ini mungkin mereka tidak bisa bertemu lagi. Lalu Nino mengantar Gigi ke sebuah
hotel untuk perempuan itu bermalam. Di parkiran hotel, tiba-tiba Gigi mengajak
Nino “mampir” ke kamar hotelnya.
PERANGKAT PEMBEDAHAN FILM
Tulisan ini bertujuan untuk menilai salah satu usaha Fazrie Permana, selaku
penulis sekaligus sutradara film KTBKMML, dalam menciptakan naratif dan
mengonkretkannya dalam bentuk visual. Penulis memilih fokus pada korelasi
antara character arc protagonis dan staging. Sebab, character arc adalah bagian dari konsep naratif, bidangnya penulis
skenario, dan staging adalah bagian konsep
gaya yang merupakan bidangnya sutradara. (Khusus staging kamera, yang nanti akan penulis jabarkan lebih jauh,
jugalah tanggung jawab penata kamera di samping sutradara.)
Character arc
adalah alur perjalanan karakter yang menunjukkan bagaimana karakter berkembang seiring
berjalannya plot. Berkembang bukanlah bagaimana fisik karakter bertumbuh dari
kanak-kanak menjadi dewasa. Melainkan bagaimana prinsip hidup karakter itu
berubah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk. Misalkan, di
awal cerita, si Protagonis kerap berbohong demi mengejar kesuksesan, dan di
akhir ia memutuskan untuk bersikap jujur demi mencapai kesuksesan tersebut.
Staging secara
umum adalah penempatan dan pergerakan pemain serta kamera, dalam kaitannya
dengan latar ruang di mana adegan berlangsung. Staging sangat memengaruhi dari arah mana penonton melihat pemain,
seberapa dekat dengan pemain, dan impresi apa yang ditimbulkan oleh pemain.
Pertama-tama, penulis akan mengupas character arc protagonis di film KTBKMML.
Setelahnya, barulah penulis beralih ke konsep staging, yang dipengaruhi oleh character
arc.
THE FALL ARC: CHARACTER ARC PROTAGONIS DALAM
KTBKMML
Umumnya, tidak hanya protagonis yang
memiliki character arc. Antagonis dan
karakter pendukung lain pun memilikinya. Tetapi, yang paling menentukan
perkembangan plot utama adalah character
arc protagonis. Hal ini pun berlaku dalam film KTBKMML.
Menurut Melanie Anne Phillips dan
Chris Huntley dalam buku Dramatica: A New
Theory of Story, protagonis adalah karakter yang memiliki tujuan (goal). Perjalanannya dalam mengejar
tujuan secara aktif menjadikannya agen penggerak utama plot. Protagonis dalam
KTBKMML adalah Nino. Tujuan karakter ini adalah berada bersama Gigi lebih lama,
dan usaha aktifnya mencapai tujuan tersebut (dengan mengulur waktu perjalanan)
membuat plot bergerak. Character arc yang
terjadi pada Nino adalah: Di awal cerita, ia menyembunyikan keinginannya untuk
lebih lama bersama Gigi; menjelang akhir, ia memutuskan mengucapkannya secara
terang-terangan, meski mereka berdua sudah bertunangan. Jenis character arc Nino disebut the fall arc.
Menurut K. M. Weiland dalam buku Creating Character Arcs, the fall arc adalah alur perjalanan
karakter di mana, pada mulanya, karakter memercayai kebohongan (lie), dan akhirnya karakter berkembang ke arah negatif,
dengan memercayai kebohongan yang lebih kuat atau buruk. Agar lebih mudah
dipahami secara lengkap, penulis mengutip skema the fall arc dari buku yang dimaksud:
KARAKTER MEMERCAYAI KEBOHONGAN à TERUS
BERGANTUNG PADA KEBOHONGAN à MENOLAK KEBENARAN BARU à
MEMERCAYAI KEBOHONGAN YANG LEBIH KUAT ATAU BURUK
Dalam konteks buku karya Weiland ini,
“kebohongan” berarti prinsip hidup yang salah, dan “kebenaran” berarti prinsip
hidup yang benar. Apa yang salah dan benar diukur dengan norma-norma yang
berlaku secara umum di masyarakat.
Empat tahap penting the fall arc digambarkan dalam naratif
KTBKMML sebagai berikut:
1) Karakter Memercayai Kebohongan:
Kebohongan pada Nino adalah ia merasa diam-diam harus mengulur waktu perjalanan, agar bisa lebih lama bersama Gigi, sementara masing-masing mereka sudah bertunangan. Hal ini pertama kali ditunjukkan melalui Gigi yang menawarkan Nino menggunakan Google Maps, tetapi Nino berkata, “Udah, matiin aja map-nya, udah!”
(Gambar 1.
Gigi menawarkan Nino menggunakan Google Maps.)
Kebohongan ini diperkuat lagi dengan jawaban Nino saat Gigi memastikan bahwa lelaki itu sudah yakin dengan tunangannya sekarang. Nino menjawab, “Ya … diyakin-yakinin ajalah.” Kemudian ponsel Nino berdering, Gigi menegur ia untuk menjawabnya, tetapi lelaki itu menolak. Belakangan kita tahu, itu adalah panggilan dari tunangan Nino.
2) Karakter Terus Bergantung pada Kebohongan:
Nino terus bergantung pada kebohongan, dengan menepis Gigi yang memprotes bahwa waktu perjalanan mereka terasa sangat terulur, bahwa dari tadi mereka terasa berputar-putar terus di jalan. Nino mengaku tak ada yang salah dengan jalur ini. Akhirnya mereka bertengkar, mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu yang tak diperbaiki sampai sekarang.
(Gambar 2. Nino
dan Gigi bertengkar masalah perjalanan yang lama.)
3) Karakter Menolak Kebenaran Baru:
Kebenaran baru yang harus Nino tempuh adalah melanjutkan hubungan bersama tunangannya. Tetapi, setelah mengetahui tunangannya berkali-kali mencoba menghubunginya, dan membaca pesan bahwa sang tunangan sedang sibuk menyiapkan undangan serta suvenir pernikahan, Nino malah tetap mengabaikan wanita itu. Nino tak ingin momen kebersamaannya dengan Gigi diganggu pihak lain. Selanjutnya bahkan secara langsung ia mengucapkan apa yang ia inginkan kepada Gigi.
(Gambar 3.
Nino membaca pesan dari tunangannya, sebelum memutuskan mengabaikannya.)
4) Karakter Memercayai Kebohongan yang Lebih Kuat atau Buruk:
Terakhir, kebohongan yang lebih kuat itu adalah saat Nino menawarkan untuk mengantarkan Gigi ke hotel—kita bisa membaca subteks dari tawaran tersebut.
Sebagaimana lazimnya the fall arc, terlepas dari berhasil atau gagalnya protagonis mencapai tujuan, nasibnya akan berakhir buruk—secara tersurat maupun tersirat. KTBKMML menyiratkan nasib buruk Nino ke depannya. Tujuannya untuk bersama Gigi lebih lama memang tercapai. Tetapi, setelah ini, kita bisa memperkirakan hubungan Nino dengan sang tunangan—barangkali juga Gigi dan tunangannya—tidak akan baik-baik saja. Tersiratnya nasib buruk itu, pada adegan terakhir di parkiran hotel, digambarkan sebagai berikut:
- Munculnya blackscreen ketika Gigi berkata pada Nino “… mau mampir dulu?” Blackscreen mengindikasikan akan adanya hal tabu, dan menjelaskan subteks dari ajakan Gigi;
- Melihat pola character arc, backstory, dan karakterisasi Nino, kita tahu bahwa lelaki itu tak akan menolak ajakan Gigi, malah setelah ini ia pun akan semakin sulit mengikhlaskan mantannya itu;
- Pencahayaan low-key, mengindikasikan situasi buruk;
- Aksi bisu di adegan terakhir menekankan kegelisahan Nino, yang telah menerima kebohongan yang lebih kuat.
(Gambar 4. Adegan terakhir di
parkiran hotel, Gigi mengajak Nino “mampir” ke hotel.)
Pemilihan jenis character arc tentu tidak dilakukan secara suka-suka; pemilihan itu
harus memiliki suatu kontribusi penting. The
fall arc Nino memiliki kontribusi untuk menyampaikan argumen cerita: Kisah
cinta lama yang dipaksakan berlanjut akan membuat kita tak bisa ke mana-mana lagi.
Jika kita menggunakan jenis character arc lain, adegan akhir dan
argumen cerita jelas akan berbeda, dan tidak relevan dengan judul film.
Misalkan, jika Nino mengalami the
positive change arc, maka di akhir cerita—berdasar aturan dari struktur character arc ini—ia akan meninggalkan
Gigi dengan ikhlas, dan hidup bahagia bersama tunangannya. Argumen cerita akan
berubah: Kita harus mengikhlaskan kisah cinta di masa lalu. Judul film pun
turut berubah: Kita Bisa Move On Sekarang—atau semacam itu.
Sekianlah pembahasan penulis tentang the fall arc protagonis dalam KTBKMML.
Selanjutnya penulis akan membahas konsep staging.
STAGING PEMAIN DAN STAGING KAMERA
Terdapat dua jenis staging, yaitu staging pemain dan staging
kamera. Dalam film naratif, keduanya tak dapat dipisahkan: kita tidak mungkin
mendapat cerita tanpa adanya pemain di depan kamera sepanjang film; kita tidak
mungkin mendapat cerita tanpa adanya kamera yang merekam adegan setiap pemain.
Sebagaimana konsep gaya lainnya,
konsep staging berfungsi untuk
mendukung naratif. Penulis akan membedah staging
pemain dan kamera secara bergantian, serta menjabarkan hubungan keduanya
dengan the fall arc Nino.
POLA-POLA STAGING PEMAIN
Berdasarkan pemosisian Nino dan Gigi
di dalam latar ruang, terdapat dua pola staging
pemain dalam KTBKMML:
1) Pola I di Latar Ruang yang Sama;
(Gambar 5. Pola
I di latar ruang yang sama.)
2) Pola I di Latar Ruang yang Berbeda.
(Gambar 6. Pola I di latar ruang yang
berbeda.)
Kedua pola ini adalah pola I, atau
posisi antara pemain membentuk huruf “I”. Sepanjang film pola ini sangat
dominan, berfungsi untuk menegaskan bahwa plot utama terfokus pada hubungan
Nino dan Gigi, hubungan yang berkembang berdasarkan the fall arc Nino. Selain Nino dan Gigi, dua karakter lain adalah
Teman Gigi dan Tunangan Nino. Teman Gigi tidak diperlihatkan secara jelas di frame, dan Tunangan Nino hanya terlihat melalui
pesan WhatsApp; hal ini berfungsi untuk menekankan dominasi hubungan Nino dan
Gigi dalam plot utama.
Dari kedua pola staging pemain yang ditulis di atas, pola nomor 1 adalah yang
paling dominan. Nino dan Gigi dominan tampak di dalam mobil, atau ruang
tertutup, dan duduk bersebelahan, hampir selalu diperlihatkan sejajar secara
horizontal di frame. Pola ini berfungsi
untuk menggambarkan betapa masih kuatnya hubungan mereka; penggunaan latar
ruang tertutup menggambarkan kesan keterjebakan pada mereka berdua—keterjebakan
dalam hubungan di masa lalu dan tak bisa
ke mana-mana lagi, sebab, berdasar prinsip the fall arc, Nino terus memegang kebohongan dan menolak kebenaran.
Pola nomor 2 hanya terlihat sekali di
sepanjang film, yaitu saat Nino membaca pesan dari tunangannya, dan Gigi berada di luar mobil. Karena hanya muncul sekali, maka staging ini sangat menarik perhatian, dan secara otomatis menggarisbawahi adegan yang terjadi. Dalam korelasinya dengan the
fall arc, pola staging pemain ini
berfungsi memberi penekanan bagi momen menjelang “karakter menolak kebenaran baru”, yaitu Nino menjelang memutuskan mengabaikan sang tunangan yang berusaha menghubunginya. Pola ini berakhir ketika Gigi kembali ke dalam mobil, dan pola staging permain bergeser ke pola nomor 1 lagi—menandakan bahwa Nino
kembali memilih kebohongannya.
POLA-POLA STAGING KAMERA
Berdasarkan pemosisian kamera
terhadap Nino di dalam latar ruang, terdapat tiga pola staging kamera dalam KTBKMML:
1) Kamera diletakkan di belakang Nino, seolah penonton duduk di jok belakang mobil;
(Gambar 7. Kamera
diletakkan di belakang Nino.)
2) Kamera diletakkan sejajar di samping Nino;
(Gambar 8.
Kamera diletakkan sejajar di samping Nino.)
3) Kamera diletakkan di depan Nino.
(Gambar 9. Kamera diletakkan di depan
Nino.)
Ketiga pola staging kamera ini berubah mengikuti the fall arc Nino.
Pola nomor 1, yang menghasilkan backshot, berfungsi mengisyaratkan
adanya beban emosional yang berusaha karakter sembunyikan. Beban emosional itu
adalah prinsip kebohongan yang Nino pegang dan masih ia sembunyikan: ia ingin
bersama Gigi lebih lama.
Pola nomor 2 berfungsi sebagai
transisi menuju pola nomor 3. Pada pola nomor 2, Nino sedang berhadapan dengan
kebenaran baru (pesan dari sang tunangan), dan ia mempertimbangkan apa yang
selanjutnya harus ia perbuat. Pola staging
kamera ini menunjukkan Nino sedang berada di perasaan ambang, antara harus
memilih kebohongan atau kebenaran.
Lalu berpindahlah staging kamera ke pola nomor 3, ketika
Gigi kembali memasuki mobil dan Nino memutuskan mengabaikan sang tunangan; Nino
memasuki fase “karakter menolak kebenaran baru” dalam the fall arc. Kali ini kamera berada di depan Nino. Jika sebelumnya
backshot menunjukkan adanya beban
emosional yang disembunyikan, maka di pola nomor 3 beban emosional itu sudah
tidak disembunyikan—meskipun masih ada. Secara terang Nino menjelaskan pada
Gigi apa motifnya sejauh ini; Nino memasuki fase “karakter memercayai
kebohongan yang lebih kuat atau buruk”. Pola nomor 3 ini pun terulang kembali
di adegan terakhir, ketika Gigi mengajak Nino “mampir” ke hotelnya. Meskipun
tidak diperlihatkan jawaban Nino atas pertanyaan Gigi, pola staging ini mengisyaratkan apa
jawaban lelaki itu.
KESIMPULAN
Fazrie Permana, sebagai penulis dan
sutradara di film KTBKMML, berhasil memadukan konsep character arc (bidang penulis skenario)
dan konsep staging (bidang
sutradara). Ia telah memvisualisasikan the
fall arc protagonis melalui konsep staging
pemain dan kamera. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa Fazrie Permana
mengambil salah satu langkah tepat dalam menentukan konsep gaya untuk
mengonkretkan naratif di film KTBKMML.
PENUTUP
Sekali lagi penulis menegaskan, tulisan
ini bertujuan untuk menilai salah satu
usaha Fazrie Permana, selaku penulis sekaligus sutradara di film KTBKMML, dalam
menciptakan naratif dan mengonkretkannya dalam bentuk visual. Tulisan ini tidak
cukup untuk menentukan apakah keseluruhan film terbilang bagus atau buruk
secara objektif. Untuk menentukan apakah film ini bagus atau buruk, kita perlu
membedah hal-hal berikut lebih jauh:
- Elemen-elemen
naratif selain character arc.
Misalkan plot, karakter dan karakterisasi, latar ruang dan waktu, konflik, dan dialog;
- Elemen-elemen
gaya selain staging pemain dan
kamera. Misalkan konsep tata kamera secara lebih luas, tata cahaya,
penyuntingan gambar, tata suara, dan tata artistik;
- Korelasi
antara seluruh elemen naratif dan seluruh elemen gaya di film KTBKMML.
Penulis berharap tulisan ini dapat
menjadi satu contoh kecil tentang cara membaca film KTBKMML. (Syukur jika
menjadi contoh kecil juga untuk membaca film-film lain.) Barangkali, jika Anda
berminat menilai film ini lebih jauh, Anda bisa berangkat dari segala apa yang
telah penulis jabarkan dalam tulisan ini.
SUMBER-SUMBER BACAAN PENULIS
Bordwell, David & Thompson, Kristin. Film Art: An
Introduction, 10th
Edition. McGraw-Hill:
New York, 2013.
DeKoven, Lenore. Changing Direction: A Practical Approach
to Directing Actors in Film and Theatre. Focal Press: Oxford, 2006.
Katz, Steven D. Film Directing Shot by Shot: Visualizing from Concept to Screen.
Michael Wiese Productions: Ventura Blvd, 1991.
Phillips, Melanie Anne & Huntley,
Chris. Dramatica: A New Theory of Story,
4th Edition. Screenplay Systems Incorporated: 2001.
Proferes, Nicholas T. Film Directing Fundamentals: See
Your Film Before Shooting, 3rd
Edition. Focal
Press: Oxford, 2008.
Rabiger, Michael. Directing Film Techniques and
Aesthetics, 4th
Edition. Focal
Press: Oxford, 2008.
Weiland, K. M. Creating Character Arcs: The Masterful Author’s Guide to Uniting Story
Structure, Plot, and Character Development. PenForASword Publishing: 2016.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar