Copyright: Axel/BAL
Ia dipanggil Kurir Akhirat sebab
pekerjaannya adalah mengantarkan berbagai barang dari orang-orang di dunia fana
ke orang-orang di akhirat, baik surga maupun neraka. Kurir itu mengelilingi
dunia fana dengan bersepeda sambil menyerukan, “Akhirat!” berkali-kali, dan siapa
pun yang sedang memerlukan jasanya akan memanggilnya supaya berhenti. Dan,
Kurir Akhirat mesti dan hanya bisa dibayar dengan rasa terima kasih yang tulus.
Paling
sering, orang-orang hidup mengirimkan surat buat teman atau keluarganya yang
telah mati, mungkin sekadar untuk mengabarkan bahwa diri mereka baik-baik saja
dan yang-telah-mati tak usah cemas di sana, atau apalah. Sayangnya, seberapa
sering pun mereka mengirim surat atau barang apa pun, mereka tak akan pernah
mendapat kiriman balasan dari yang-telah-mati, karena Kurir Akhirat hanya
melayani pengantaran barang dari dunia fana ke akhirat, tidak sebaliknya. (Dulu
sekali, ia pernah melayani pengiriman barang dari akhirat ke dunia fana. Tapi,
semenjak ada penghuni neraka yang mengirimkan sesuatu-yang-khas-neraka buat
entah-siapa di dunia fana dan menyebabkan dunia fana heboh bukan main untuk
beberapa lama, Tuhan pun melarang Kurir Akhirat buat melayani pengantaran
barang dari akhirat ke dunia fana.)
Hari
itu, Kurir Akhirat melintasi Desa Bomay dan ada salah seorang penduduk yang memanggilnya
karena membutuhkan jasanya.
“Ada
yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya Kurir Akhirat dengan ramah.
“Aku
ingin diriku dikirim ke istriku yang berada di neraka.”
Tentu
saja Kurir Akhirat terkejut. “Permintaan Tuan aneh sekali.”
“Memang
aneh, tapi bukan berarti salah, kan? Toh, aku ini termasuk barang.”
“Tapi,
Tuan, tidak ada manusia yang ingin masuk neraka. Apalagi manusia yang masih
hidup.”
“Nah!
Sekarang kau tahu bahwa pemikiranmu itu salah.”
“Apakah
Tuan tahu bahwa jika saya membawa Tuan ke neraka, Tuan tidak akan bisa kembali
ke dunia ini?”
“Aku
tahu.”
“Apa
Tuan yakin?”
“Astaga!
Bisakah kau tidak usah banyak bertanya?!” Kemarahan orang itu meletus. “Aku
hanya ingin kau mengirimku ke istriku dan, demi Tuhan, aku akan membayarmu
dengan rasa terima kasih yang paling tulus sedunia!”
***
Ternyata seluruh tubuhnya muat untuk
masuk ke ransel Kurir Akhirat yang ukurannya taklah lebih besar dari perutnya
yang buncit. Ajaibnya lagi, ia berada di dalam ransel itu bersama ribuan barang
lainnya tanpa perlu berdesak-desakan!
“Apa
Tuan sudah siap untuk melakukan perjalanan?” ucap Kurir Akhirat.
Ia
mendengus kesal. “Apa kau selalu bertanya demikian pada tiap barang yang akan
kau antar ke akhirat?”
“Ah,
maafkan saya, Tuan.”
Kurir
Akhirat pun mulai mengayuh sepedanya.
Diam-diam,
manusia itu membuka sedikit ritsleting ransel Kurir Akhirat sehingga ia bisa
mengintip ke luar dan menghafalkan jalan yang dilalui untuk sampai ke neraka.
***
Begitu melewati sebuah gerbang besar
berlapis emas yang dijaga oleh banyak malaikat rupawan, ia pun sadar bahwa
Kurir Akhirat pergi ke surga terlebih dahulu.
Ketika
sepeda Kurir Akhirat berhenti—karena telah sampai di salah satu tujuan—ia
cepat-cepat menutup ritsleting ransel itu agar tak menimbulkan kecurigaan pada sang
kurir. Kala sepeda mulai dikayuh, lagi-lagi ia membuka ritsleting ransel Kurir
Akhirat dari dalam.
***
Setelah melewati gerbang besar berlapis
api yang dijaga oleh banyak iblis buruk rupa, Kurir Akhirat mengatakan, “Saya
akan mengantarkan Anda terlebih dahulu, sebab istri Tuan tinggal paling dekat
dengan gerbang neraka.”
Ia
pun senang bukan main.
Ketika
sepeda berhenti, ia cepat-cepat menutup ritsleting ransel Kurir Akhirat, dan
beberapa detik kemudian ritsleting itu dibuka oleh sang kurir untuk
mengeluarkan dirinya dari dalam ransel.
“Inilah
rumah istri Tuan,” ucap Kurir Akhirat sembari mendekati pintu rumah yang ia
maksud, lalu mengetuknya sebanyak tiga kali.
Pintu
lantas dibuka dan ia melihat istrinya yang dipenuhi luka busuk, tetapi tetap
cantik.
“Astaga!
Suamiku!” pekik wanita itu, lantas berlari mendekati sang suami dan memeluknya
erat.
Ia
merasakan air mata sang istri di pundak kirinya. Tapi ia, juga istrinya, tak
mempunyai waktu untuk menikmati keharuan. “Kita harus segera kembali ke dunia
fana, Sayang,” ujarnya.
Sang
istri terkejut. “Apa? Bagaimana caranya?”
“Saya
tidak melayani pengantaran barang dari akhirat ke dunia fana, Tuan,” Kurir
Akhirat menimpali.
Ia
pun melepaskan diri dari pelukan istrinya dan mengeluarkan sebilah pisau dari
balik kaus kaki, lalu membunuh Kurir Akhirat dengan menikam jantungnya. Ia
kemudian cepat-cepat mengambil ransel Kurir Akhirat, memasukkan istrinya secara
paksa ke dalam sana, dan mencuri sepeda sang kurir untuk kabur dari neraka.
Ia
mengayuh sepeda itu dengan amat cepat. Saking cepatnya, sampai-sampai para
penjaga gerbang neraka tak bisa menangkapnya saat ia melintasi gerbang itu.
***
Ia terpental dari dunia mimpi sebab jam bekernya
yang berdering. Ia lalu cepat-cepat keluar dari rumahnya dan menunggu Kurir
Akhirat lewat.
Kurang
lebih sepuluh menit kemudian, apa yang ditunggunya pun tiba. Ia segera menghentikan
Kurir Akhirat di depan rumahnya dan meminta kurir itu untuk mengirimkan dirinya
ke sang istri yang berada di neraka. Rupanya, Kurir Akhirat langsung saja
mengiyakan.
Ia
kemudian dimasukkan ke dalam ransel Kurir Akhirat. Seluruh tubuhnya muat di
dalam sana, meskipun mesti berdesak-desakan bersama ribuan barang lainnya,
sampai-sampai ia sesak napas. Tapi itu taklah masalah; ia bisa bernapas bebas
setelah membuka sedikit ritsleting ransel Kurir Akhirat dari dalam, buat mengamati-menghafalkan
jalan yang dilalui untuk sampai ke neraka.
***
Kurir Akhirat mengetuk pintu salah satu
rumah di akhirat. Ketika pemilik rumah itu membuka pintu, Kurir Akhirat
berkata, “Suami Anda mengirimkan dirinya untuk Anda.”
Wanita
itu terkejut. “Benarkah?”
Kurir
Akhirat pun membuka ranselnya dan mendapati tubuh pria yang mengirim dirinya
itu tinggal abu, akibat tingginya suhu neraka. Istri dari pria itu lantas
menangis meraung-raung, dan Kurir Akhirat menghiburnya dengan berkata, “Semoga
saja suami Anda telah melakukan cukup kejahatan, sehingga bisa berbahagia
bersama Anda di sini.”