Kematian, Sahabat Terbaik
ketika mama-papa pergi ke
kantor, kematian
senantiasa menggandengku di tengah jalan
menuju taman, mendorong ayunan
sampai posisi kakiku di kepala, atau meletakkanku
di cabang tertinggi untuk memetik
jambu-jambu yang tak tersentuh siapa pun.
tidak, kami tidak pernah mengajak pengasuhku
bermain: ia langsung mendengkur di sofa
beberapa menit setelah mobil mama-papa melaju;
ia juga membosankan seperti mama-papa
yang selalu meneriakiku untuk berhati-hati.
aku tidak suka diteriaki untuk berhati-hati
dan kematian memahamiku.
kematian lebih dari cukup
sebagai pengasuh,
sebagai mama dan papa;
kematian tak pernah meninggalkanku ke kantor
atau mendengkur di sofa.
suatu tengah malam, saat mama-papa tidur,
kematian membopongku ke atap,
dan menunjuk ke arah bulan semerah jambu,
dan berkata, “di sana, kau akan menemukan
lebih banyak sahabat sepertiku. maukah
kau ikut denganku, terbang ke sana?”
aku tak punya alasan untuk
menolak; orang-orang dewasa
selalu bekerja di kantor dan tidur
di rumah: mereka tak pernah
membopongku ke atap.
“dan lebih hebatnya lagi,” sambung kematian,
“jika kau ikut aku ke sana,
kau tak perlu menjadi orang dewasa.”
aku bersorak kegirangan.
kematian pun merangkulku
dan kami terbang ke bulan semerah jambu.
(Jakarta, November 2022)
Jack dan Kupu-Kupu
1/
jack menarik pelatuk dan ratusan kupu-kupu
menyeruak dari lubang di dahi itu,
beterbangan ke bulan merah bersama
gagak-gagak yang terkejut,
lalu kucing-kucing berkoreng
dalam tong-tong sampah di gang bacin itu
melompat dan kabur darinya:
jack seakan kenyataan yang tinggi
dan kekar dan mengerikan.
“tugas selesai, tuan.”
jack mengantungi ponsel
dan meninggalkan gang itu,
setenang koran hari kemarin
yang dibuang dan terbang terbawa angin.
2/
jack membeli hotdog di kedai pinggir jalan;
segaris saus tomat meliuk di atas sosisnya
seanyir darah: jack refleks melepehkannya
dan membuka botol air
dan berkumur
dan membuang seisi mulut
ke selokan.
jack menyeka mulut, lalu mendongak
untuk menyeka sebutir air yang
mengalir ke lehernya:
di kabel-kabel listrik itu,
yang terkena pantulan bulan merah
hingga tampak seperti garis-garis nadi di langit,
bukannya sekawanan gagak,
sepasukan kupu-kupu bertengger.
3/
tabungan jack akhirnya cukup:
ia membeli rumah idaman bagi ibunya;
wanita tua itu duduk nyaman di beranda
memandangi kebun yang sebelumnya ia sirami.
suatu minggu pagi di pertengahan desember,
ibu mengajak jack menyirami kebun.
jack menarik selang ke setapak di antara
bunga-bunga, dan ibu memutar keran
di ujung sana, dan air terlontar.
dari balik bunga-bunga pun
sepasukan kupu-kupu menyeruak
seakan hendak menyergap jack;
pistol di pinggangnya memanas,
ponsel di saku celananya berdering.
(Jakarta, November 2022)
Kamis Malam di Gen’s Bar & Resto, Blok M
bir mulai merebus lambungku
waktu little tokyo akhirnya datang:
kubayangkan akutagawa kecil terlelap
dalam jepitan dua potong roti,
basah berlumur saus,
di atas ranjang daging sapi
berselimut lelehan keju dan selada dan tomat
—aku menggigitnya
dan kita semua tak pernah membaca kappa.
ha ha ....
omong-omong, bir di sini enak.
(Jakarta, Desember 2022)
Di Kolong Jembatan, Jalan Raden Saleh,
Jakarta Pusat
meski semalam hujan deras
bocah-bocah nekat melompat
dan berenang di langit
pada permukaan sungai yang cokelat
dan salah seorang
menghilang
di antara
awan-gemawan
(Jakarta, Desember 2022)
Minggu Ketiga Perantauanmu
di dinding, fotomu diterangi
petir—ponselku berbunyi:
pesan undian berhadiah. lagi.
(Jakarta, Desember 2022)
Ada yang Mati
sejak pesawat dari istana berhenti
melintasi langit kami dan menabur
uang, dari balik awan
jatuhlah seorang bertubuh penuh cahaya
ke sungai
tempatku sedang berak
(Jakarta, Desember 2022)
*) Puisi-puisi ini dimuat di Kompas.id pada 24 November 2023.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar