*Sumber Gambar: Bacapetra.co
Hanson Gregory, baik yang seorang kapten
kapal asal Denmark ataupun seorang anak laki-laki berusia 15 tahun asal Maine[1],
bukanlah penemu donat yang sesungguhnya. Penemu donat sesungguhnya tak lain
seorang koki roti bernama Nosnah Yrogreg, pria berusia 35 tahun yang tinggal di
sebuah kota kecil bernama Crocket. Ia adalah satu-satunya koki di Toko Roti Tekcroc,
satu-satunya toko roti di kota kecil itu.
Semua
orang di Crocket mengakui bahwa roti buatan Nosnah Yrogreg rasanya luar biasa. Bahkan, kata si Pemilik
Tekcroc, “Sejak adonan pun sudah luar
biasa.” Walaupun, mesti diakui, bentuk dari roti-roti yang dibuatnya
biasa-biasa saja: seperti donat—yang belum ditemukan di masa itu—pada umumnya,
tapi tanpa lubang di bagian tengah.
Nosnah
Yrogreg dan Toko Roti Tekcroc semakin dikenal masyarakat luas setelah seorang
aktor terkenal bernama Ghuda memuji roti buatannya di hadapan para wartawan; berita
soal koki roti dan toko roti itu pun sempat heboh di koran-koran lokal selama
beberapa minggu, sama hebohnya dengan berita kecelakaan yang dialami Ghuda
sebulan lalu. (Tambahan informasi: kecelakaan itu menyebabkan Ghuda kehilangan
tangan kiri dan keempat jari di tangan kanan—yang tersisa hanya telunjuk. Bagaimanapun,
kecacatan tak mengganggu kariernya sama sekali.)
Di
lain sisi, si Pemilik Tekcroc dan si Koki Roti jatuh cinta pada seorang wanita
yang sama: Dona, penjaga kasir di toko roti itu. Belum ada seorang pun yang
mengetahui perasaan si Pemilik Tekcroc terhadap penjaga kasirnya, tapi setiap
orang Crocket tahu bahwa si Koki Roti jatuh cinta pada Dona karena mereka
berdua berpacaran.
“Nosnah
Yrogreg selalu memperlakukanku selayaknya adonan roti,” begitulah kata Dona. Tentu
maksud dari kalimat itu adalah si Koki Roti selalu memperlakukannya secara luar biasa.
Si
Pemilik Tekcroc tentu cemburu. Seandainya Nosnah Yrogreg tidak luar biasa, ia pasti sudah memecatnya. Toh, mungkin saja nanti hubungan mereka kandas,
pikirnya, sekadar menghibur diri.
***
Dona menolak ajakan Nosnah Yrogreg untuk
bersetubuh saat ia, pada hari libur, mampir ke kamar sewaan tempat si Koki Roti
tinggal. “Bersabarlah. Toh, sebentar lagi kita akan menikah,” tambah Dona, agar
Nosnah Yrogreg tak terlalu masam.
Ketika
Dona pulang, segeralah Nosnah Yrogreg masturbasi, sambil membayangkan
memperlakukan wanita itu selayaknya adonan roti.
***
Tak ada yang tahu soal rencana
pernikahan Nosnah Yrogreg dan Dona, sampai ketika mereka menyebarkan undangan
pernikahan tepat seminggu sebelum acara itu diselenggarakan. Bagi orang-orang
Crocket, hadirnya undangan pernikahan itu terbilang mendadak, tapi tak masalah.
Yang menganggapnya sebagai masalah hanyalah si Pemilik Tekcroc, sebab
menurutnya tak mudah untuk mencari cara membatalkan pernikahan tersebut dalam
satu minggu.
***
Tak ada yang tahu pasti bagaimana bisa
seminggu kemudian Dona malah menikah dengan si Pemilik Tekcroc—undangan
pernikahan mereka baru disebarkan sehari sebelum acara itu berlangsung.
Berikut
saya jabarkan beberapa versi cerita—yang tak terlalu jelas sumbernya—mengenai
alasan Dona meninggalkan Nosnah Yrogreg dan menikah dengan si Pemilik Tekcroc:
1) Dona memergoki Nosnah Yrogreg berduaan
dengan seorang pelacur di suatu tempat, sehingga wanita itu memutuskan untuk
meninggalkannya, lantas langsung dilamar oleh si Pemilik Tekcroc;
2) Nosnah Yrogreg memaksa Dona untuk
bersetubuh, sehingga wanita itu merasa terancam dan meninggalkannya, lantas
langsung dilamar oleh si Pemilik Tekcroc;
3) Dona diancam sedemikian rupa oleh si
Pemilik Tekcroc supaya meninggalkan Nosnah Yrogreg dan menikah dengannya;
4) Si Pemilik Tekcroc membayar seorang
penyihir untuk membuat Dona jatuh cinta pada dirinya seketika.
***
Semenjak Dona menjadi istri si Pemilik
Tekcroc, posisinya sebagai penjaga kasir digantikan oleh seorang lelaki muda. Bagaimanapun,
Dona selalu datang ke Tekcroc saban buka untuk menemani suaminya—padahal
sebelumnya sang suami selalu bekerja sendirian. Dona selalu berlagak bagai tak
mengenal Nosnah Yrogreg setiap mereka berjumpa di toko roti itu, dan tentu saja
Nosnah Yrogreg benar-benar sakit hati karenanya.
Suatu
hari, sesudah si Koki Roti menyelesaikan belasan adonan roti—tapi belum
memasukkannya ke pemanggang—tiba-tiba ia mendengar desahan Dona dari ruang
kerja si Pemilik Tekcroc—apakah desahan tersebut hanya terdengar sampai dapur,
atau mencapai area kasir, kita tak tahu. Karena suatu dorongan, si Koki Roti
lalu melangkah mendekati pintu ruang kerja si Pemilik Tekcroc dan menempelkan
telinganya di sana. Desahan Dona pun terdengar jauh lebih jelas, jauh lebih
menggoda.
Di
sela-sela desahan Dona, didengarnya si Pemilik Tekcroc berkata, “Dona, kau tahu
seberapa enak dirimu?”
“Tidak
tahu,” balas Dona dengan manja.
“Enak
dirimu luar biasa. Seperti roti
buatan Nosnah Yrogreg.”
Air
mata si Koki Roti langsunglah bertumpahan, dan ia cepat-cepat melangkah-tanpa-suara
kembali ke dapur, di mana desahan Dona masih terdengar. Ketimbang merasa
semakin sakit hati, si Koki Roti memutuskan untuk benar-benar fokus bekerja; ia
segera memasukkan adonan-adonan roti yang sudah jadi ke pemanggang. Namun,
tepat setelah menyentuh adonan roti terakhir, sebelum memasukkannya ke
pemanggang yang pintunya masih terbuka, terdengarlah desahan Dona sedikit bertambah
keras. Dan, desahan itu mendadak membuat Nosnah Yrogreg terangsang hebat.
Enak dirimu luar biasa. Seperti roti buatan Nosnah Yrogreg, kalimat itu melintas di
kepalanya.
Si
Koki Roti pun menurunkan celana, menusuk adonan roti di tangannya dengan
kelamin yang tegang, hingga bagian tengah adonan itu berlubang! Ia lalu mengeluarkan
kelaminnya dari lubang adonan roti, memasukkannya lagi, mengeluarkannya lagi,
memasukkannya lagi, mengeluarkannya lagi, dan begitulah terus selama beberapa
saat, secara perlahan-lahan, seraya menikmati desahan Dona, seraya membayangkan
dirinyalah yang membuat wanita itu mendesah.
“Dona
.... Dona ....” Nosnah Yrogreg mulai mendesah pula.
“Nosnah
Yrogreg, kenapa rotinya lama sekali!?” tiba-tiba terdengar si Lelaki Penjaga
Kasir berkata, dibarengi suara langkah kakinya yang mendekati dapur.
Si
Koki Roti yang terkejut dan panik pun cepat-cepat melepaskan adonan roti itu
dari kelaminnya, memasukkannya ke pemanggang, dan menaikkan celana. Tepat
sedetik kemudian si Lelaki Penjaga Kasir membuka pintu dapur, dan Nosnah
Yrogreg mengatakan, “Maaf, tanganku terkilir tadi.”
“Kenapa
matamu merah, Nosnah Yrogreg? Kau seperti habis menangis.”
“Aku
baik-baik saja,” balasnya, sambil menutup pintu pemanggang dan menyalakannya.
***
“Kenapa bagian tengah roti ini
berlubang?” tanya Ghuda, ketika si Pelayan—yang tadi membelikan roti itu di Tekcroc—akan
menyuapinya roti berlubang tersebut.
“Entahlah,
Tuan. Hanya kebetulan, mungkin?”
Ghuda
terdiam sejenak, memikirkan sesuatu.
“Apa
Tuan tidak mau memakan roti yang berlubang ini?”
“Ah!
Aku paham!” tiba-tiba Ghuda berseru senang. Dengan gerakan cepat, ia memasukkan
telunjuk kanannya ke lubang di bagian tengah roti, dan menarik-lepas roti itu
dari tangan si Pelayan. “Pasti lubang di roti ini dibuat agar orang-orang cacat
seperti aku lebih mudah memegangnya!”
Si
Pelayan terbengong-bengong. Mungkin
penjaga kasir Tekcroc sudah mengenal wajahku dan yakin bahwa roti yang kubeli
adalah untuk Tuan Ghuda, batinnya.
“Roti ini sungguh luar biasa!” Ghuda berseru lagi.
“Sungguh roti yang bentuknya bersahabat dengan kecacatanku! Hei, panggilkan para
wartawan sekarang juga! Sebagai ucapan terima kasihku kepada si Koki Roti dan
Tekcroc, aku ingin roti berlubang ini diberitakan di tiap koran lokal!”
[1] Ada dua versi identitas Hanson Gregory yang muncul di
berbagai sumber; kita belum tahu secara pasti yang manakah yang benar.
*) Cerpen ini dimuat di Bacapetra.co pada 7 Agustus 2019.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar