menggali-dalam tanah kata
memburu kata-kata yang terserak
di
gelasmu.
menyelam-dalam minuman kata-kata
mencari kata-kata-kata yang melekat
di
pangkalmu.
*
jika ada lagi kata di bawah kata
yang terdalam,
bolehkah aku (cukup) menjadi bahasa
yang mengecup merah putingmu?
(Jakarta, 2017)
Ada yang Tersesat di Langit
lihatkah kau burung yang
tersesat
di langit itu, kasih?
adalah doaku dua hari lalu
yang melata di antara kaki
para pengunjung pasar
sebelum menjadi burung yang bingung
dan
berkata kasar
adalah doaku dua hari lalu
yang menetas dari telur kekata
sebelum menjadi nyanyi untuk kau
yang
baka
(Jakarta, 2017)
Puisi dari Purnama
kesedihan serupa air yang menelanku
setiap mandi
di pagi yang kaku
kesedihan membuatku selalu basah
dan bergairah untuk menggigil
—ia
serupa sajak yang terus
menghujaniku
dengan luka sebagai jejak
ia
adalah badai
ketika aku berandai-andai
ia
adalah sudut bibir
yang ternodai jelaga
dan gula
yang kerap membuatku terjaga
seolah tanpa raga
(2016 - 2017)
Sajak yang Tahu Sopan Santun
aku menanammu di kamar mandi
ketika malam begitu subur
berkat seribu kalimat tanya
yang sekarat sebab satu konklusi
aku membuka tiraimu di kamar mandi
ketika rumah begitu sepi
dan waktu berjanji menjaga aib
serta puisi yang raib dari matamu
aku melayangkanmu di kamar mandi
ketika daging ini begitu keras
sehabis dikulum musim yang getas
dan bisikmu yang cadas
(Jakarta, 2017)
*) Puisi-puisi ini dimuat di Suara NTB pada 11 Agustus 2018.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar