Senin, 25 November 2024

ODE UNTUK KATA-KATA KASAR; dan Puisi-Puisi Lainnya

 


*Sumber Gambar:
Angel of Death (Horace Vernet), dari WikiArt.org.




Ode untuk Kata-Kata Kasar

 

terima kasih kepada kata-kata kasar

yang tak mungkin kusebutkan satu pun di sini

yang tangan halusnya menyelamatkan

kepala atasan dari bogemku

kepala bawahan dari sol sepatuku

kepala teman dan keluarga dari pelorku

dan tangan lembut kata-kata itu

penuh kesabaran menggandengku

menjauh dari gerbang penjara

pun gerbang neraka

 

terima kasih kepada kata-kata kasar

yang tak mungkin kusebutkan satu pun di sini

yang ledakannya setia mengisi hati kosong

dan memelankan detak jantungku

mencegahku menyayat leher sendiri

lalu penuh sopan santun mengingatkanku

untuk terus menerima mereka

yang tak mungkin kuterima

 

terima kasih kepada kata

yang berawalan b dan berakhiran t

yang berawalan k dan berakhiran l

yang berawalan t dan berakhiran i

karena dengan kalian

yang cukup kuucapkan dalam hati

aku masih bertahan hidup

dan orang-orang lain masih kuizinkan hidup

 

(Jakarta, Desember 2023)




Musim yang Buruk untuk Berdoa

 

musim hujan bukan musim baik

untuk berdoa: kalimat-kalimat terbang

hanya untuk terempas ke bumi

dibawa hujan

 

mama yang bilang begitu

 

di musim hujan kalimat-kalimat terserak

di jalan, terseret ke selokan

hanyut di sungai bersama sampah dan tahi

dan sebaiknya kita hanya berdoa

di musim panas

 

tapi aku tetap berdoa di musim hujan

karena aku terbiasa berdoa

 

dan aku tak rugi:

suatu hari di musim panas

aku berlayar dan kapalku karam

dan mayatku terombang-ambing

 

tapi tak lama

 

doa-doaku di musim hujan

menunggu di laut

sebelum menguap

dan membawaku ke langit

 

(Jakarta, Desember 2023)




Maut Menunggu Waktu yang Tak Tepat

 

ketika ia nongol dari vagina ibunya

maut telah memantau dari balik pundak

perawat yang menariknya keluar

 

ketika ia menyesap puting ibu untuk pertama kali

maut berlutut di samping ranjang

mendekatkan wajah hingga napasnya

menyentuh pipi merah sang bayi

 

jangan sentuh aku dulu, ini terlalu cepat.

 

— tentu tidak sekarang, manis. aku menunggu ibumu

lebih bahagia lagi. begitulah cara mainnya.

 

ketika ia pulang, ayah telah menyiapkan satu kamar

untuknya: dinding biru dengan gambar awan-awan

dan kawanan pelikan; ranjang bayi dengan ikan-ikan

mainan menggantung di atasnya; salib di dinding

dan maut tersenyum di bawahnya

 

jangan sentuh aku dulu, jangan di sini.

 

tentu tidak sekarang, manis. tapi mungkin nanti di sini.

atau entahlah, aku masih berpikir. mari kita tunggu ayahmu

mengeluarkan belasan, puluhan, ratusan juta lagi untukmu.

begitulah cara mainnya.

 

ketika tengah malam, ia menangis dan ibu memasuki

kamarnya, lalu menggendong dan meletakkannya

di tengah ranjang yang lebih luas, di antara pelukan

ayah dan ibu dan tatapan maut yang nakal

 

jangan sentuh nanti, sekarang saja.

 

tentu tidak sekarang, manis. aku menunggu waktu

yang paling tak tepat. begitulah cara mainnya.

 

(Jakarta, Desember 2023)




Via Suara

 

evolusi kami tak pernah mampir di pikiran para ilmuwan

evolusi kami, mentok-mentok, hanya mampir di pikiran penulis

fiksi sains yang entah dipuji atau ditertawakan

 

pendahulu kami tak pernah berhenti berjalan

lewat bersinmu, lewat ciprat ludahmu

lewat lukamu, lewat segala sentuhanmu

 

pendahulu kami hanya sembunyi sejenak

dari badai pahit pil

dari jarum-jarum suntikan

sampai pelan-pelan—yang seolah tiba-tiba—lahirlah

jenis kami secara tak terduga

 

jenis kami melayang bersama halo

yang kau lontarkan ke tetanggamu

jenis kami melayang bersama aku cinta kau

yang pacarmu bisikkan atau teriakkan padamu

 

jenis kami menyebar bersama pengumuman, pengumuman

yang pak rt serukan lewat pengeras suara

jenis kami menyebar bersama selamat pagi, pemirsa

yang pembawa acara katakan di tv

 

dan tak cukup sampai di situ

 

kami menyusupi kupingmu bersama sambutan

yang vlogger itu ucapkan di awal video

bersama lirik lagu paling hit

yang musisi favoritmu lantunkan

bersama desas-desus samar

yang tak sengaja kau dengar entah dari siapa

 

ketika kau mulai tumbang

semua terlambat:

 

kami hadir bersama kata pertama

dari resepsionis rumah sakit

kami hadir bersama diagnosa-diagnosa

yang dokter ucapkan

 

dan ketika jalan satu-satunya hanyalah berdoa

kami menghantammu lewat allahu akbar

dari masjid terdekat

 

(Jakarta, Desember 2023)




Tabrakan Brutal

 

di perempatan itu, lampu lalu lintas korslet

dan kata-kata bertabrakansecarabrutraldar!dar!dar!

semuaterlukaparahsulitterbaca

 

beberapakatamengalami   patah tu

                                                     l

                                                     a

                                                     n

                                                     g

bebera  pa kata ters  e   r   a   k angg  ot a

            t

                        u

                b

     u

                                    h

                        n

y

a

hngga bbrp kta taklg mnja di kta

 

dan ambulans tiba

kata demi kata pun dibawa ke rumah sakit

 

tak sedikit dari mereka yang ingin bunuh diri

karena kata yang tak terbaca tak lagi ada artinya

tapi tak sedikit juga yang menerima kenyataan

karena, toh, meski kecacatan bersifat permanen

mereka msih mmpnyai a

                                      r

                                      t

                                      i

mrka mash bs dpahmi

 

(Jakarta, Desember 2023)

 

 

 

 Apa yang Bisa Puisi Lakukan?

 

puisi cuma pria tua dengan sebelah kaki ditelan ranjau

dan kantuk mengayun pelan kursi goyangnya

lalu ketakutan membakar ruang dalam mimpinya

 

puisi cuma wanita tua dengan doa setiap malam

agar almarhum anaknya pulang dengan selamat

dari medan penuh peluru melesat

 

demikianlah kenapa puisi tak mampu menolong kau

mendapatkan pujaan hatimu

apalagi meruntuhkan rezim itu

memberimu makan tiga kali sehari

apalagi membuatmu dikenang abadi

 

puisi cuma orang tua

yang tak bisa lagi kau harapkan

—atau sekilas terkesan begitu

 

tapi percayalah

orang tua dalam belenggu trauma

dalam satu atau dua kesempatan

mengalirkan cairan emas dari sudut matanya

 

(Jakarta, Desember 2023)




*) Puisi-puisi ini dimuat di Bacapetra.co pada 20 Agustus 2024.

Tidak ada komentar :