*Ilustasi oleh: Surya Gemilang
Reportase
tentang Sebuah Puisi
yang terjadi di puisi ini adalah
museum-museum menyelam ke perut tanah
kereta api meluncur keluar dari jalur
memerkosa
rumah-rumah yang teratur
perpustakaan mengaktifkan sistem
pencernaan
melebur
buku-buku di lambungnya
munculnya lautan baru
di mana kau bisa menjaring air
air hujan dipaksa kembali ke langit
sehingga
bebunga tak jadi mekar
sehingga
api di rambutku tak jadi padam
yang terjadi di puisi ini adalah
aku semakin kehilangan definisi
keberadaanmu
ketika hendak membuatnya menjadi patung
(Jakarta, Agustus 2018)
Kata “Cinta” di
Dalam Kamus
kau lupa kapan terakhir kali ada mata
menjilat tubuhmu yang berdebu.
mereka hanya membentuk
definisi tubuhmu sesuai
kehendak arus sungai di dalam
tubuh masing-masing. mereka pikir
tubuhmu sudah mendaging di kepala
dari tahun ke tahun, sehingga
tubuhmu tak diraba saban kamus
dijamah. maka, di luar kamus, terlihat
mereka mengunyah tubuh para kekasih,
mengatasnamakan tubuh putihmu yang agung.
(Jakarta, Agustus 2018)
Kabar Seekor
Burung
setelah menelan bebiji puisi
di ladang penyair,
belulang di sayapnya rontok
bagai geligi busuk
di hari tua.
burung itu menyangka dirinya akan
murung.
namun ia salah: rupanya ia masih bisa
diterbangkan bahasa, kepedihan, dan
kesadaran.
lalu, di langit, sekonyong-konyong
kakinya lenyap
umpama masa-masa muda.
burung itu tahu bahwa ia tak perlu
murung,
sebab daratan tempatnya mendarat
kini menjadi variasi langit
yang kelak menjadi tempatnya
terjatuh dalam petualangan lain.
Situasi-Situasi
Batas
mungkin aku akan tetap duduk
di sini, memandangi seribu kemungkinan
jeda puitik bermekaran umpama bunga
racun
di tubuhmu, beberapa meter dari mejaku.
mungkin akulah lelaki yang akan menjadi
bunga layu di meja kafe ini, pula pena
yang bingung harus mencatat apa
tentangmu
dalam sebuah puisi di kelopak tubuhku.
mungkin aku tak perlu menghabiskan kopi
ini;
aku tak sengaja menjadikan tubuhmu
sebuah metafora: kopi masam yang
perlahan
menggelapkan kantukku.
aku ingin tetap terlena
dalam
tidur
dan
mimpi
dalam jeda puitik yang agung di tubuhmu
dalam jeda puitik yang kusunting
terus-menerus.
*) Puisi-puisi ini dimuat di Bacapetra.co pada 20 Januari 2020.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar