Jumat, 20 Agustus 2021

KITA TAK BISA KE MANA-MANA LAGI: PENILAIAN ATAS KORELASI ANTARA THE FALL ARC PROTAGONIS DAN KONSEP STAGING


Artikel Ditulis oleh
Surya Gemilang
suryagem69@gmail.com


DATA FILM

 

Judul Film                   : Kita Tak Bisa ke Mana-Mana Lagi

Jenis Film                    : Film pendek

Durasi                         : 21 menit 18 detik

Rumah Produksi         : Rentjana

Tahun Produksi           : 2021

Produser                      : Andi Budrah Sadam Ramadhan & Hannan Cinthya

Penulis & Sutradara    : Fazrie Permana

Tautan Film                : https://www.youtube.com/watch?v=Nv5CxfRo2IM

 

PENDAHULUAN

 

Dalam medium film, cerita tidak berhenti pada bentuk tulisan naratif. Sutradara dan para kru lain harus mengonkretkannya dengan cara yang tepat, dalam bentuk audio dan visual, yang dapat mendukung penyampaian naratif. Dengan demikian, menurut Bordwell dan Thompson dalam buku Film Art: An Introduction, konsep naratif (bentuk) serta konsep visual dan audio (gaya) harus memiliki korelasi yang kuat. Prinsip ini berlaku untuk semua film naratif, termasuk film pendek yang berjudul Kita Tak Bisa ke Mana-Mana Lagi (selanjutnya hanya ditulis KTBKMML).

 

RINGKASAN CERITA

 

Nino (Rolando Octavio) dan Gigi (Sheila Dara Aisha) adalah sepasang mantan kekasih, masing-masing kini sudah memiliki tunangan. Pada suatu hari, mereka melakukan perjalanan dalam sebuah mobil, menuju rumah teman Gigi untuk suatu urusan. Selama perjalanan, mereka bercakap-cakap tentang masa lalu semasa mereka berpacaran, dan tentang rencana pernikahan masing-masing. Diam-diam, Nino sengaja mengulur waktu perjalanan mereka, dengan mengemudikan mobil melewati jalur yang lebih jauh. Menyadari terulurnya waktu, Gigi marah sehingga mereka bertengkar, sembari mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu, kesalahan yang tidak mereka perbaiki hingga sekarang. Beberapa saat kemudian, setelah urusan Gigi di rumah temannya selesai, Nino mengakui motif di balik tindakannya mengulur waktu perjalanan. Nino ingin menikmati momennya hari ini bersama Gigi lebih lama, sebab setelah ini mungkin mereka tidak bisa bertemu lagi. Lalu Nino mengantar Gigi ke sebuah hotel untuk perempuan itu bermalam. Di parkiran hotel, tiba-tiba Gigi mengajak Nino “mampir” ke kamar hotelnya.

 

PERANGKAT PEMBEDAHAN FILM

 

Tulisan ini bertujuan untuk menilai salah satu usaha Fazrie Permana, selaku penulis sekaligus sutradara film KTBKMML, dalam menciptakan naratif dan mengonkretkannya dalam bentuk visual. Penulis memilih fokus pada korelasi antara character arc protagonis dan staging. Sebab, character arc adalah bagian dari konsep naratif, bidangnya penulis skenario, dan staging adalah bagian konsep gaya yang merupakan bidangnya sutradara. (Khusus staging kamera, yang nanti akan penulis jabarkan lebih jauh, jugalah tanggung jawab penata kamera di samping sutradara.)

 

Character arc adalah alur perjalanan karakter yang menunjukkan bagaimana karakter berkembang seiring berjalannya plot. Berkembang bukanlah bagaimana fisik karakter bertumbuh dari kanak-kanak menjadi dewasa. Melainkan bagaimana prinsip hidup karakter itu berubah ke arah yang lebih baik, atau ke arah yang lebih buruk. Misalkan, di awal cerita, si Protagonis kerap berbohong demi mengejar kesuksesan, dan di akhir ia memutuskan untuk bersikap jujur demi mencapai kesuksesan tersebut.

 

Staging secara umum adalah penempatan dan pergerakan pemain serta kamera, dalam kaitannya dengan latar ruang di mana adegan berlangsung. Staging sangat memengaruhi dari arah mana penonton melihat pemain, seberapa dekat dengan pemain, dan impresi apa yang ditimbulkan oleh pemain.

 

Pertama-tama, penulis akan mengupas character arc protagonis di film KTBKMML. Setelahnya, barulah penulis beralih ke konsep staging, yang dipengaruhi oleh character arc.

 

THE FALL ARC: CHARACTER ARC PROTAGONIS DALAM KTBKMML

 

Umumnya, tidak hanya protagonis yang memiliki character arc. Antagonis dan karakter pendukung lain pun memilikinya. Tetapi, yang paling menentukan perkembangan plot utama adalah character arc protagonis. Hal ini pun berlaku dalam film KTBKMML.

 

Menurut Melanie Anne Phillips dan Chris Huntley dalam buku Dramatica: A New Theory of Story, protagonis adalah karakter yang memiliki tujuan (goal). Perjalanannya dalam mengejar tujuan secara aktif menjadikannya agen penggerak utama plot. Protagonis dalam KTBKMML adalah Nino. Tujuan karakter ini adalah berada bersama Gigi lebih lama, dan usaha aktifnya mencapai tujuan tersebut (dengan mengulur waktu perjalanan) membuat plot bergerak. Character arc yang terjadi pada Nino adalah: Di awal cerita, ia menyembunyikan keinginannya untuk lebih lama bersama Gigi; menjelang akhir, ia memutuskan mengucapkannya secara terang-terangan, meski mereka berdua sudah bertunangan. Jenis character arc Nino disebut the fall arc.

 

Menurut K. M. Weiland dalam buku Creating Character Arcs, the fall arc adalah alur perjalanan karakter di mana, pada mulanya, karakter memercayai kebohongan (lie), dan akhirnya karakter berkembang ke arah negatif, dengan memercayai kebohongan yang lebih kuat atau buruk. Agar lebih mudah dipahami secara lengkap, penulis mengutip skema the fall arc dari buku yang dimaksud:

 

KARAKTER MEMERCAYAI KEBOHONGAN à TERUS BERGANTUNG PADA KEBOHONGAN à MENOLAK KEBENARAN BARU à MEMERCAYAI KEBOHONGAN YANG LEBIH KUAT ATAU BURUK

 

Dalam konteks buku karya Weiland ini, “kebohongan” berarti prinsip hidup yang salah, dan “kebenaran” berarti prinsip hidup yang benar. Apa yang salah dan benar diukur dengan norma-norma yang berlaku secara umum di masyarakat.

 

Empat tahap penting the fall arc digambarkan dalam naratif KTBKMML sebagai berikut:


    1) Karakter Memercayai Kebohongan:

 

Kebohongan pada Nino adalah ia merasa diam-diam harus mengulur waktu perjalanan, agar bisa lebih lama bersama Gigi, sementara masing-masing mereka sudah bertunangan. Hal ini pertama kali ditunjukkan melalui Gigi yang menawarkan Nino menggunakan Google Maps, tetapi Nino berkata, “Udah, matiin aja map-nya, udah!”

 

(Gambar 1. Gigi menawarkan Nino menggunakan Google Maps.)

 

Kebohongan ini diperkuat lagi dengan jawaban Nino saat Gigi memastikan bahwa lelaki itu sudah yakin dengan tunangannya sekarang. Nino menjawab, “Ya … diyakin-yakinin ajalah.” Kemudian ponsel Nino berdering, Gigi menegur ia untuk menjawabnya, tetapi lelaki itu menolak. Belakangan kita tahu, itu adalah panggilan dari tunangan Nino.

 

    2) Karakter Terus Bergantung pada Kebohongan:

 

Nino terus bergantung pada kebohongan, dengan menepis Gigi yang memprotes bahwa waktu perjalanan mereka terasa sangat terulur, bahwa dari tadi mereka terasa berputar-putar terus di jalan. Nino mengaku tak ada yang salah dengan jalur ini. Akhirnya mereka bertengkar, mengungkit-ungkit kesalahan di masa lalu yang tak diperbaiki sampai sekarang.

 

(Gambar 2. Nino dan Gigi bertengkar masalah perjalanan yang lama.)

 

    3) Karakter Menolak Kebenaran Baru:

 

Kebenaran baru yang harus Nino tempuh adalah melanjutkan hubungan bersama tunangannya. Tetapi, setelah mengetahui tunangannya berkali-kali mencoba menghubunginya, dan membaca pesan bahwa sang tunangan sedang sibuk menyiapkan undangan serta suvenir pernikahan, Nino malah tetap mengabaikan wanita itu. Nino tak ingin momen kebersamaannya dengan Gigi diganggu pihak lain. Selanjutnya bahkan secara langsung ia mengucapkan apa yang ia inginkan kepada Gigi.

 

(Gambar 3. Nino membaca pesan dari tunangannya, sebelum memutuskan mengabaikannya.)

 

    4) Karakter Memercayai Kebohongan yang Lebih Kuat atau Buruk:

 

Terakhir, kebohongan yang lebih kuat itu adalah saat Nino menawarkan untuk mengantarkan Gigi ke hotel—kita bisa membaca subteks dari tawaran tersebut.

 

Sebagaimana lazimnya the fall arc, terlepas dari berhasil atau gagalnya protagonis mencapai tujuan, nasibnya akan berakhir buruk—secara tersurat maupun tersirat. KTBKMML menyiratkan nasib buruk Nino ke depannya. Tujuannya untuk bersama Gigi lebih lama memang tercapai. Tetapi, setelah ini, kita bisa memperkirakan hubungan Nino dengan sang tunangan—barangkali juga Gigi dan tunangannya—tidak akan baik-baik saja. Tersiratnya nasib buruk itu, pada adegan terakhir di parkiran hotel, digambarkan sebagai berikut:

 

    • Munculnya blackscreen ketika Gigi berkata pada Nino “… mau mampir dulu?” Blackscreen mengindikasikan akan adanya hal tabu, dan menjelaskan subteks dari ajakan Gigi; 
    • Melihat pola character arc, backstory, dan karakterisasi Nino, kita tahu bahwa lelaki itu tak akan menolak ajakan Gigi, malah setelah ini ia pun akan semakin sulit mengikhlaskan mantannya itu;
    • Pencahayaan low-key, mengindikasikan situasi buruk;
    • Aksi bisu di adegan terakhir menekankan kegelisahan Nino, yang telah menerima kebohongan yang lebih kuat.

 

(Gambar 4. Adegan terakhir di parkiran hotel, Gigi mengajak Nino “mampir” ke hotel.)

 

Pemilihan jenis character arc tentu tidak dilakukan secara suka-suka; pemilihan itu harus memiliki suatu kontribusi penting. The fall arc Nino memiliki kontribusi untuk menyampaikan argumen cerita: Kisah cinta lama yang dipaksakan berlanjut akan membuat kita tak bisa ke mana-mana lagi.

 

Jika kita menggunakan jenis character arc lain, adegan akhir dan argumen cerita jelas akan berbeda, dan tidak relevan dengan judul film. Misalkan, jika Nino mengalami the positive change arc, maka di akhir cerita—berdasar aturan dari struktur character arc ini—ia akan meninggalkan Gigi dengan ikhlas, dan hidup bahagia bersama tunangannya. Argumen cerita akan berubah: Kita harus mengikhlaskan kisah cinta di masa lalu. Judul film pun turut berubah: Kita Bisa Move On Sekarang—atau semacam itu.

 

Sekianlah pembahasan penulis tentang the fall arc protagonis dalam KTBKMML. Selanjutnya penulis akan membahas konsep staging.

 

STAGING PEMAIN DAN STAGING KAMERA

 

Terdapat dua jenis staging, yaitu staging pemain dan staging kamera. Dalam film naratif, keduanya tak dapat dipisahkan: kita tidak mungkin mendapat cerita tanpa adanya pemain di depan kamera sepanjang film; kita tidak mungkin mendapat cerita tanpa adanya kamera yang merekam adegan setiap pemain.

 

Sebagaimana konsep gaya lainnya, konsep staging berfungsi untuk mendukung naratif. Penulis akan membedah staging pemain dan kamera secara bergantian, serta menjabarkan hubungan keduanya dengan the fall arc Nino.

 

POLA-POLA STAGING PEMAIN

 

Berdasarkan pemosisian Nino dan Gigi di dalam latar ruang, terdapat dua pola staging pemain dalam KTBKMML:

 

    1) Pola I di Latar Ruang yang Sama;

 

(Gambar 5. Pola I di latar ruang yang sama.)

 

    2) Pola I di Latar Ruang yang Berbeda.

 

(Gambar 6. Pola I di latar ruang yang berbeda.)

 

Kedua pola ini adalah pola I, atau posisi antara pemain membentuk huruf “I”. Sepanjang film pola ini sangat dominan, berfungsi untuk menegaskan bahwa plot utama terfokus pada hubungan Nino dan Gigi, hubungan yang berkembang berdasarkan the fall arc Nino. Selain Nino dan Gigi, dua karakter lain adalah Teman Gigi dan Tunangan Nino. Teman Gigi tidak diperlihatkan secara jelas di frame, dan Tunangan Nino hanya terlihat melalui pesan WhatsApp; hal ini berfungsi untuk menekankan dominasi hubungan Nino dan Gigi dalam plot utama.

 

Dari kedua pola staging pemain yang ditulis di atas, pola nomor 1 adalah yang paling dominan. Nino dan Gigi dominan tampak di dalam mobil, atau ruang tertutup, dan duduk bersebelahan, hampir selalu diperlihatkan sejajar secara horizontal di frame. Pola ini berfungsi untuk menggambarkan betapa masih kuatnya hubungan mereka; penggunaan latar ruang tertutup menggambarkan kesan keterjebakan pada mereka berdua—keterjebakan dalam hubungan di masa lalu dan tak bisa ke mana-mana lagi, sebab, berdasar prinsip the fall arc, Nino terus memegang kebohongan dan menolak kebenaran.

 

Pola nomor 2 hanya terlihat sekali di sepanjang film, yaitu saat Nino membaca pesan dari tunangannya, dan Gigi berada di luar mobil. Karena hanya muncul sekali, maka staging ini sangat menarik perhatian, dan secara otomatis menggarisbawahi adegan yang terjadi. Dalam korelasinya dengan the fall arc, pola staging pemain ini berfungsi memberi penekanan bagi momen menjelang “karakter menolak kebenaran baru”, yaitu Nino menjelang memutuskan mengabaikan sang tunangan yang berusaha menghubunginya. Pola ini berakhir ketika Gigi kembali ke dalam mobil, dan pola staging permain bergeser ke pola nomor 1 lagi—menandakan bahwa Nino kembali memilih kebohongannya.

 

POLA-POLA STAGING KAMERA

 

Berdasarkan pemosisian kamera terhadap Nino di dalam latar ruang, terdapat tiga pola staging kamera dalam KTBKMML:

 

    1) Kamera diletakkan di belakang Nino, seolah penonton duduk di jok belakang mobil;

 

(Gambar 7. Kamera diletakkan di belakang Nino.)

 

    2) Kamera diletakkan sejajar di samping Nino;

 

(Gambar 8. Kamera diletakkan sejajar di samping Nino.)

 

    3) Kamera diletakkan di depan Nino.

 

(Gambar 9. Kamera diletakkan di depan Nino.)

 

Ketiga pola staging kamera ini berubah mengikuti the fall arc Nino.

 

Pola nomor 1, yang menghasilkan backshot, berfungsi mengisyaratkan adanya beban emosional yang berusaha karakter sembunyikan. Beban emosional itu adalah prinsip kebohongan yang Nino pegang dan masih ia sembunyikan: ia ingin bersama Gigi lebih lama.

 

Pola nomor 2 berfungsi sebagai transisi menuju pola nomor 3. Pada pola nomor 2, Nino sedang berhadapan dengan kebenaran baru (pesan dari sang tunangan), dan ia mempertimbangkan apa yang selanjutnya harus ia perbuat. Pola staging kamera ini menunjukkan Nino sedang berada di perasaan ambang, antara harus memilih kebohongan atau kebenaran.

 

Lalu berpindahlah staging kamera ke pola nomor 3, ketika Gigi kembali memasuki mobil dan Nino memutuskan mengabaikan sang tunangan; Nino memasuki fase “karakter menolak kebenaran baru” dalam the fall arc. Kali ini kamera berada di depan Nino. Jika sebelumnya backshot menunjukkan adanya beban emosional yang disembunyikan, maka di pola nomor 3 beban emosional itu sudah tidak disembunyikan—meskipun masih ada. Secara terang Nino menjelaskan pada Gigi apa motifnya sejauh ini; Nino memasuki fase “karakter memercayai kebohongan yang lebih kuat atau buruk”. Pola nomor 3 ini pun terulang kembali di adegan terakhir, ketika Gigi mengajak Nino “mampir” ke hotelnya. Meskipun tidak diperlihatkan jawaban Nino atas pertanyaan Gigi, pola staging ini mengisyaratkan apa jawaban lelaki itu.

 

KESIMPULAN

 

Fazrie Permana, sebagai penulis dan sutradara di film KTBKMML, berhasil memadukan konsep character arc (bidang penulis skenario) dan konsep staging (bidang sutradara). Ia telah memvisualisasikan the fall arc protagonis melalui konsep staging pemain dan kamera. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa Fazrie Permana mengambil salah satu langkah tepat dalam menentukan konsep gaya untuk mengonkretkan naratif di film KTBKMML.

 

PENUTUP

 

Sekali lagi penulis menegaskan, tulisan ini bertujuan untuk menilai salah satu usaha Fazrie Permana, selaku penulis sekaligus sutradara di film KTBKMML, dalam menciptakan naratif dan mengonkretkannya dalam bentuk visual. Tulisan ini tidak cukup untuk menentukan apakah keseluruhan film terbilang bagus atau buruk secara objektif. Untuk menentukan apakah film ini bagus atau buruk, kita perlu membedah hal-hal berikut lebih jauh:


  1. Elemen-elemen naratif selain character arc. Misalkan plot, karakter dan karakterisasi, latar ruang dan waktu, konflik, dan dialog;
  2. Elemen-elemen gaya selain staging pemain dan kamera. Misalkan konsep tata kamera secara lebih luas, tata cahaya, penyuntingan gambar, tata suara, dan tata artistik;
  3. Korelasi antara seluruh elemen naratif dan seluruh elemen gaya di film KTBKMML.

 

Penulis berharap tulisan ini dapat menjadi satu contoh kecil tentang cara membaca film KTBKMML. (Syukur jika menjadi contoh kecil juga untuk membaca film-film lain.) Barangkali, jika Anda berminat menilai film ini lebih jauh, Anda bisa berangkat dari segala apa yang telah penulis jabarkan dalam tulisan ini.

 

SUMBER-SUMBER BACAAN PENULIS

 

Bordwell, David & Thompson, Kristin. Film Art: An Introduction, 10th Edition. McGraw-Hill: New York, 2013.

 

DeKoven, Lenore. Changing Direction: A Practical Approach to Directing Actors in Film and Theatre. Focal Press: Oxford, 2006.

 

Katz, Steven D. Film Directing Shot by Shot: Visualizing from Concept to Screen. Michael Wiese Productions: Ventura Blvd, 1991.

 

Phillips, Melanie Anne & Huntley, Chris. Dramatica: A New Theory of Story, 4th Edition. Screenplay Systems Incorporated: 2001.

 

Proferes, Nicholas T. Film Directing Fundamentals: See Your Film Before Shooting, 3rd Edition. Focal Press: Oxford, 2008.

 

Rabiger, Michael. Directing Film Techniques and Aesthetics, 4th Edition. Focal Press: Oxford, 2008.

 

Weiland, K. M. Creating Character Arcs: The Masterful Author’s Guide to Uniting Story Structure, Plot, and Character Development. PenForASword Publishing: 2016.