Rabu, 13 April 2016

ELYSIUM -- Sebuah Puisi


dermaga kita semakin enggan
menjelma penambat kapal itu.
kapal itu adalah pelayaran kita
yang kelak tersesat di antara uap
laut, burung-burung camar, dan
puisi-puisi cinta yang membajak
lautan.


-jendela lingkaran: untukmu-

kita memandang dermaga itu
melalui sebuah jendela yang
tak bersudut: tetas telur yang
menyeruakkan harapan-harapan.
apa kau percaya pada hutan
yang membikin cinta tersesat?
mungkin ia bisa menunggu
hingga pabrik di balik jendela
ini mengeluarkan sebuah puisi
yang akan menuntunnya.

kau tahu, kompleksitas kita
yang purba adalah labirin yang
kehilangan dinding-dindingnya.
rindu kita yang semakin tua
tak hendak kerontang: badai
abadi yang mengecup geladak
kapal itu.


-hujan doa: untuk ibu-

aku selalu tersesat, saban malam,
dalam mimpi-mimpimu yang
begitu jauh. aku takut langkahku
keburu terkikis habis sebelum
jarak itu dapat kaumasukkan ke
dalam saku. dan kita, selama
ini, merayakan cinta di antara
diam yang hidup sedari zaman
purba.

doamu adalah segudang harapan
yang diam-diam merasukiku.
dan tetap sunyi seperti lelap
yang mendekap gerimis, atau
perapian yang malas menyanyikan
retihan api.


-negeri belulang: untuk ayah-

tulang-belulangmu hanyut di dalam
asam lambungku. tak ada satu pun
kenangan yang mempertanyakan
kenapa tubuhmu tetap tegak: sebuah
koda yang lupa memenuhi tugasnya.
atau, komposisimu memang tanpa
koda.

di komputer yang berbeda, kau
menggambarku, aku menulismu.
di balik payung yang sama, kau
menjinakkan hujan, aku hanya
mengeja rintik-rintik yang tak
ingin berpulang ke langit.

kupikir, kau merayakan cinta
dengan cara yang paling rumit.


-pangeran angin: untuk kakakku-

bagianmu adalah yang paling sulit
kuukir. kita sama-sama buah dari
harapan, dan harapan itu sendiri.
tapi percayalah, kau berada di kapal
ini untuk terjerat pelayaran dan
perayaan cinta yang sama, yang,
berdasarkan komposisi ayah, tak
memiliki koda.





*Catatan:
1) Puisi ini mendapat penghargaan "Puisi Pilihan utama" dalam Poetry Prairie Literature Journal #3: Perayaan Cinta (2016).
2) Puisi ini dapat dibaca juga di sini.