Minggu, 07 Desember 2025

SARANG TRAGEDI; DAN PUISI-PUISI LAINNYA


*Sumber Gambar: iStock




Sarang Tragedi

 

tragedi bersarang pada air yang mendinginkan kerongkonganmu

tragedi bersarang pada kopi yang mendentangkan jantungmu

tragedi bersarang pada manis krim di ujung lidahmu

tragedi bersarang pada kulit ayam yang berkriuk di gigimu

tragedi bersarang pada soda yang mengembungkan perutmu

tragedi bersarang pada gurih makan pagi dan siang dan malam

 

Kamis, 26 Juni 2025

MALAM PEMBUNUHAN -- Sebuah Cerpen

*Gambar oleh: Bambang Nurdiansyah



 

Demi Tuhan dari segala agama, jika kelak aku beranak-pinak, jangan sampai ada anakku yang menjadi penyair. Aku tak mau mereka gila. Aku tak mau mereka seperti Ibu.

Ibu tak tampak seperti seorang yang akan menjadi penyair. Ia adalah ibu rumah tangga yang selalu membersihkan debu hingga ke lantai sudut, berani menggoreng apa pun tanpa refleks mundur tiap minyak meletup, dan kuat menahan isak tangis saat menyeterika di ruang tengah seraya menonton sinetron—tapi ia tak sekali pun bersentuhan dengan puisi atau sesuatu yang berhubungan dengan literasi. Sungguh, tak ada gejala-gejala kepenyairan dalam dirinya.

Ibu mendadak menggilai puisi pada Juni tahun lalu, ketika hujan turun hampir setiap malam dan, pada paginya, beranda rumah dipenuhi bangkai sepasukan laron dengan sayap-sayap rontok.

4.695135, 96.749397; dan Puisi-Puisi Lainnya

*Sumber Gambar: openart.ai




4.695135, 96.749397.


keimanan sebatas padi

merunduk pasrah

dan berhalusinasi: sebongkah gereja

menjelma burung-burung

dan para petani sedang hibernasi

memeluk boneka sawah di ranjang 


(Jakarta, Oktober 2023)