*Gambar oleh: Bambang Nurdiansyah
Demi Tuhan dari segala agama, jika
kelak aku beranak-pinak, jangan sampai ada anakku yang menjadi penyair. Aku tak
mau mereka gila. Aku tak mau mereka seperti Ibu.
Ibu
tak tampak seperti seorang yang akan menjadi penyair. Ia adalah ibu rumah
tangga yang selalu membersihkan debu hingga ke lantai sudut, berani menggoreng apa
pun tanpa refleks mundur tiap minyak meletup, dan kuat menahan isak tangis saat
menyeterika di ruang tengah seraya menonton sinetron—tapi ia tak sekali pun
bersentuhan dengan puisi atau sesuatu yang berhubungan dengan literasi.
Sungguh, tak ada gejala-gejala kepenyairan dalam dirinya.
Ibu
mendadak menggilai puisi pada Juni tahun lalu, ketika hujan turun hampir setiap
malam dan, pada paginya, beranda rumah dipenuhi bangkai sepasukan laron dengan
sayap-sayap rontok.