Senin, 03 Mei 2021

TENTANG KEMATIAN HEMINGWAY, dan Puisi-Puisi Lainnya

*) Sumber gambar: The Dallas Morning News
 


Tentang Kematian Hemingway

 

1/

 

udara juli yang merah

menyeret hemingway

ke ruang bawah tanah

berjumpa sahabat lama

 

selamat pagi, hemingway

lama tak menembak,

senapan berlaras ganda berkata padanya

di tengah gelap membusuk dada tuanya

 

selamat pagi, sahabat,

balas hemingway

hari ini aku menembak

terakhir kalinya

 

2/

 

hemingway merangkul sahabat lama

ke pintu masuk serambi

 

anjing-anjing pemakan bangkai

menunggu di sana

berenang dalam udara juli

semakin merah

 

3/

 

mesiu tertumpah ke laut darah

dan melihat santiago pula manolin

berlayar ke arah lubang peluru

diikuti seekor marlin raksasa

 

semuanya hendak keluar

dari kepala hemingway

 

(Denpasar, Mei 2020)



Kisah Ramayana Versi Alternatif

 

sinta berbohong ketika berkata

hanya mencinta rama.

ia jatuh cinta kepada hanuman

kala sang wanara menyusup ke alengka

membawa cincin emas.

 

“pakailah cincin ini, untuk membuktikan

kesucian lagi kesetiaan kau kepada rama,”

ucap hanuman.

 

“kupakai cincin ini sebagai simbol

bahwa aku menerima lamaran kau,”

balas sinta, tanpa sang wanara duga.

rupanya sinta dapat membaca cinta

pada keluguan tatap mata seekor kera,

cinta yang sama-sama mereka rasa

seperti hutan tumbuh seketika.

 

maka membaralah cinta mereka

seperti api rama membakar sinta,

cinta yang lebih tertutup

ketimbang letak istana rahwana,

hingga agni sekalipun meyakini

kesetiaan sinta kepada rama.

 

sinta tak pernah terlunta seorang diri

sehabis diusir rama dari ayodya,

sebagaimana hanuman tak pernah

sibuk bertapa di kendalisada.

 

sesungguhnya mereka terbang

menuju berbagai rahasia,

bercinta hebat di udara,

di berbagai macam buana,

dan menghapus cita-cita

mencapai moksa.

 

akhir cerita,

cinta dan tubuh mereka

tak akan bosan berpetualang,

tak akan lesap sekalipun ramayana

dilupakan seluruh dalang.

 

(Denpasar, Mei 2020)



Laporan tentang Akutagawa

 

akutagawa belumlah mati.

ia tak pernah menenggak barbital.

mayat yang ditemukan hanya

mayat yang mirip dengannya

 

mayat yang dipilih untuk manipulasi.

akutagawa sesungguhnya menyepi

di dunia kappa. fakta itu kudapati

tatkala aku berlibur ke jepang,

 

berjalan santai di sebuah hutan,

terperosok ke dalam lubang,

dan tibalah aku di dunia kappa,

lalu bla bla bla, hingga berjumpa

 

akutagawa di sebuah gua.

“apakah para kappa lebih baik ketimbang

para manusia secara umum, dan orang-orang

jepang secara khusus?” aku bertanya.

 

akutagawa hanya menggeleng.

“lantas, kenapa kau pergi kemari?”

akutagawa menjawab, “kelak kau

akan memahamiku setelah memahami

 

tulisan yang kalimat lagi gagasannya

selicin kulit para kappa.”

kemudian aku kembali ke dunia normal

diantar beberapa kappa,

 

kembali ke penginapan,

ketiduran di pemandian air panas,

dan bermimpi berdiri di sebuah gerbong

kereta bawah tanah, terjepit orang-orang

 

berseragam kantor,

serasa diremukkan

batu-batu sekeras

cangkang para kappa.

 

(Denpasar, Mei 2020)



Setelah Kebahagiaan

 

setelah ratusan kupu-kupu

berkembang biak pesat di lambungmu

kau memuntahkan semuanya

ketika lampu di ubun-ubunmu

mendadak pecah dan gelap melebar

beratus kilometer di sekelilingmu

 

kau harus menelan kembali

kesemua kupu-kupu, tentu saja

kau harus mengejar kesemuanya

di antara rimbun geligi iblis

yang tak terlihat

yang menyayat kulitmu di sana-sini

hingga kau tenggelam

dalam kolam darah sendiri

 

sementara itu, ratusan kupu-kupu

meninggalkanmu menuju langit

di mana ia yang menembak lampumu

menganga lebar

mengundang kesemua kupu-kupumu

menuju lambung masamnya

 

(Denpasar, Mei 2020)



Fermentasi

 

setelah menaburi diri dengan gula

kau hanyutkan diri dalam darahku

setakterduga terjamah bibir kau oleh

bakteri-bakteri

di tubuhku segera mencintai kau

memeluk tubuh kau

berminggu-minggu

berbulan-bulan

bertahun-tahun

menjadikan kau sesuatu yang awet

lagi memabukkan:

 

entah alkohol entah puisi

 

(Denpasar, Mei 2020)



Tubuhmu, Gedung Apartemen

 

aku pindah ke tubuhmu, menyewa apartemen

di lantai 7, tepat di dada kanan, bertetangga

dengan hantu mantan pacarmu di dada kirimu.

itu hantu paling berisik yang pernah kutemui,

melebihi berisiknya para penghuni lain

di lantai 3 sampai 5: sekitar kelaminmu.

 

sepanjang hari hantu itu berteriak,

menggetarkan apartemenku sampai

retak-retak sekujur dindingnya.

ia ingin menyewa apartemen di lantai 10

—oh, berani-beraninya ia meminta tinggal

di atas apartemen keluarga kecilmu

di lantai 9—bagian yang sengaja

kaukosongkan

mungkin sampai selama-lamanya.

 

“jika bosan dengan apartemen di lantai 7,”

katamu, “kau boleh pindah ke lantai

1, 2, 6, atau 8. di sana kosong

dan bukan karena sengaja dikosongkan.”

 

hantu itu merasa dilecehkan oleh kau

sehingga ia mengamuk dan membuat

dada kananmu berdarah-darah.

 

melihat dada kananmu berdarah-darah,

aku membikin sepucuk senapan

dilengkapi peluru-peluru khusus

untuk membantai hantu tetangga.

dan ketika senapan itu jadi, jadilah

ketololanku mematikanmu:

 

karena hantu itu tak kunjung membuka

pintu apartemennya, padahal sudah

ribuan kali aku mengetuk, aku pun

menembaki pintunya bertubi-tubi,

dan tentu saja peluru itu tak berhenti

di daun pintu, melainkan menembusnya,

menghujani sang hantu yang mengumpet

sampai mampus semampus-mampusnya.

 

tapi aku baru sadar bahwa ada jantungmu

di dalam situ ....

 

(Denpasar, Mei 2020)



Pandemi

 

pintu terbuka

orang-orang tersebut

tetap terkurung

 

(Denpasar, Mei 2020)




*) Puisi-puisi ini dimuat di Lensa Sastra pada 23 April 2021.

Tidak ada komentar :