Jumat, 07 Februari 2020

MERAYAKAN KEMATIAN dan Puisi-Puisi Lainnya


*Sumber gambar: Pinterest




Seorang Penyair, di Suatu Tempat

di rumah ini seekor ikan dipaksa berenang
di udara, ide puisi yang hendak ditulisnya
mencari air laut untuk larut dalam

lendir bening pelumas miliaran mesin.
di luar rumah ini lautan membungkus rapat,
namun pasukan kucing selincah kalimat-

kalimat penyair kelas dunia berjaga
di setiap pintu, ikan itu melihat kesempatan
membunuh para mesiah berkembang-biak

di terumbu karang dalam tengkorak
kawanan manusia akan berevolusi
menjadi gerombolan kucing.

(Denpasar, Januari 2019)




Waktu + Saya

waktu itu saya diperkosa waktu.
waktu menjebol dinding kamar
lalu menyeret diri saya hendak tidur
nyenyak, jauh menuju hutan asing

yang terbakar. di sana waktu
bermain-main dengan penis + vagina saya:
vagina-waktu menenggelamkan penis-saya;
penis-waktu menyelam ke vagina-saya. aduh,

betapa menderita: sakit selangkang + tubuh
perlahan dijilat api mengepung. mendadak,
dibingkai api, saya melihat sebentuk wajah
bercahaya di langit malam, terbentuk oleh

awan-gemawan + burung-burung berputar.
wajah itu menatap lekat mata saya nanar
lalu saya merasa memahami sesuatu
yang belum mampu dicerna bahasa

di otak bocah ini. saya pun, sejak detik itu
hingga sekarang, masih diperkosa waktu
di hutan yang sama, tanpa api mengepung,
dengan luka-luka bakar di tubuh

perlahan membaik berkat hujan
obat-cair ditumpahkan wajah itu.
wajah tersebut memberi hadiah kepada
saya yang menikmati jalangnya waktu.

(Denpasar, Februari 2019)




Kematian Kesedihan

sungguh aneh: tak seorang pun
bersedih ketika kesedihan mati
pada malam itu, mereka segera
membikin pesta di seputar

makam tersebut: memanggang
daging-perjuangan dengan saus bbq,
meledakkan petasan-penyesalan
hingga langit benderang, menuang

bir-kebahagiaan ke gelas masing-masing,
mabuk hingga pertanyaan-pertanyaan
termuntah seluruhnya dari perut,
dan memainkan musik-kepuasan

sekeras-kerasnya hingga ketakpuasan
berhamburan dari lubang telinga,
menyatu dengan bayangan pepohon
di bawah bulan-kecewa.

esoknya, makam-kesedihan dikelilingi
makam-makam lainnya.

(Jakarta, Februari 2019)




Percobaan yang Terus Gagal

saya mencoba memahami
waktu membunuh
hari kemarin menanam
monumen-luka melontarkan
nanah meng-“ada”-kan
hari ini hari depan meneror
saya mencoba memahami
waktu membunuh
hari kemarin …

(Jakarta, Februari 2019)




Merayakan Kematian

bintang-bintang yang menjadi lemakku
meluncur mendekati tangga itu
menjadi lampu-lampu sorot agar kau
tak tersandung menuju sebuah pintu

dari bawah sini
kupandangi kau di titik tinggi
sementara tubuhku ini
makin mengurus makin mengering

(Jakarta, Mei 2019)




Satu Kejutan

1/

sebatang jarum
dalam daging bibirmu
cahaya bulan
dari selanya

di kencan itu
kau tahu aku akan
mengunyah bibirmu
seperti steik

maka kau sedikit
melukai diri
demi sebuah
kejutan

2/

ketika jarum itu menancap
dalam daging lidahku
aku mencecap
kata-kata asinku
menyumbat aortamu

(Jakarta, Mei 2019)






Dalam Kepala yang Tua

di dalam kepala tuanya
tampak seorang anak berbaju emas
bercelana emas bertopi emas

bersepatu emas bertopeng emas
di pulau seberang; kepala tuanya
tak paham bahwa bukan sepasang

mata tua melihat, sebab di dalam
sana telah menggenang laut emas
menyembuhkan tubuh tua dari

kematian mengikis perlahan-lahan.

*
di luar kepala tuanya
tampak seorang anak tak berbaju
tak bercelana tak bertopi

tak bersepatu tak bertopeng
di pulau seberang; kepala tuanya
memasang bibir senyum

untuk yang tak ada.

(Jakarta, Mei 2019)




*) Puisi-puisi ini dimuat di Nyimpang.com pada 11 Januari 2020.

Tidak ada komentar :